Friday, April 26, 2019

Kejujuran terkadang menyakitkan?

Kebaikan, kejujuran Dan kebenaran
Tanya kenapa kejujuran itu terkadang menyakitkan?.
Sebelum kita urai kenapa, dan bagaimana kisahnya agar bisa memaknai perbedaannya, maka perlu menceritakan asal katanya dulu.

Baik dari sisi ucapan adalah tidak berkata kasar, lemah lembut, tidak menyakiti dan kebanyakannya atas dasar kebenaran subyektif, tentang kualitatif rasa dan kesesuaian norma masyarakat. Misalnya berapa jumlah uang yang kau dapat setiap hari? Banyak, sedikit, cukup.
Jujur dari sisi ucapan adalah tidak berkata bohong atau negasi dari bohong. Kuantitatif sebuah rasa, kesesuaian nilai berdasar satuan, kebenaran obyektif. Misal berapa jumlah uang yang kau dapat setiap hari? 100ribu,50ribu,20ribu.
Benar dari sisi ucapan adalah kesesuaian antara pertanyaan dan jawaban yang telah disepakati bersama. Relativitas dari sebuah hubungan yang saling mengikat. Dan wajib ada penilai atau wasit yang yang menentukan sebagai sumber jawaban. Misal dengan skala manusia dan manusia, si A (wasit) memberi si B uang 100ribu, kemudian si C bertanya kepada si B berapa uang yang diberi oleh si A? Si B menjawab 80 ribu, selesai, maka disini ada ketidak jujuran dan ketidak benaran. Jadi Benar/Salah sifatnya mutlak. Makanya jika si A (wasit) tidak mengatakan dengan sejujurnya, kebenaran tidak bisa ditemukan. Namun jika si B mengatakan dengan jujur maka si A dan si C akan tahu kebenarannya.  Ada 2 variabel yang menentukan benar dan salah, dalam ilmu digital dikenal dengan bilangan biner.

Kembali ke pokok masalah kejujuran terkadang menyakitkan, dari uraian diatas semakin jelas sebab akibatnya, sebab dari kebohongan akibatnya kesakitan untuk orang lain dan untuk diri sendiri kadang justru tidak.  Jujur bahwa dia telah berbohong adalah karena si B berkata bohong. Jika si B berkata jujur maka saya rasa tidak ada yang menyakitkan.  Sesungguhnya kejujuran terkadang menyakitkan itu sebabnya adalah ketidaksesuaian pertanyaan atas jawaban yang telah disepakati. Jika dari awal ucapannnya adalah kebenaran maka hasilnya adalah kebaikan dan kejujuran serta tidak ada yang namanya jujur terkadang menyakitkan.

Masalahnya adalah ketika unsur kebenaran ini masih belum disepakati bersama, misal tidak ada Norma atau Peraturan terucap Dan tertulis, maka akan sulit menemukan kejujuran dan kebaikan.  Kebenaran wajib dan mutlak untuk disepakati bersama dalam sebuah aturan atau norma. Tanpa itu akan rusak semua tatanan masyarakat. Kita masih terikat oleh Pancasila, namun Masih ada yang mempersepsikan berbeda tentang Pancasila. Hanya jika semua mempersepsikan yang sama tentang Pancasila, maka keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan terwujud.

Hidangan ke 119, (Allah berfirman, "Ini adalah) artinya hari kiamat (suatu hari yang bermanfaat orang-orang yang benar) sewaktu di dunia seperti Nabi Isa (kebenaran mereka) sebab hari itu adalah hari pembalasan (bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya; Allah rida terhadap mereka) oleh sebab ketaatan terhadap-Nya (dan mereka pun rida terhadap-Nya) dengan pahala-Nya (Itulah keberuntungan yang besar.") dan orang-orang pendusta sewaktu hidup di dunia, tidak akan bisa bermanfaat kejujuran mereka pada hari itu seperti orang-orang kafir, yaitu tatkala mereka mulai percaya dan iman sewaktu mereka melihat azab Allah.
Kemenangan ke 18, (Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu) di Hudaibiyah (di bawah pohon) yaitu pohon Samurah, jumlah mereka yang menyatakan baiat itu ada seribu tiga ratus orang atau lebih. Kemudian mereka berbaiat kepada Nabi saw. yaitu hendaknya mereka saling bahu-membahu melawan orang-orang Quraisy dan janganlah mereka lari karena takut mati (maka Dia mengetahui) yakni Allah mengetahui (apa yang ada dalam hati mereka) yaitu kejujuran dan kesetiaan mereka (lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat waktunya) yaitu takluknya tanah Khaibar sesudah mereka kembali dari Hudaibiyah.


No comments:

Write komentar