Tuesday, March 9, 2021

Bagaimana Bumi kita terasa?

     Antara ilmu dan fakta sering terasa kontra, itulah yang kita alami sekarang. Ada yang merasakan bumi ini bulat, tapi faktanya datar. Ada juga yang merasakan bumi ini datar, tapi faktanya bumi ini bulat. 

    Itulah ilmu dunia, semua seolah olah nyata, fakta dan terasa kebenarannya, namun sesungguhnya nanti suatu ketika akan berubah kebenarannya seiring dengan pengetahuan manusia. Hakikatnya semesta ini di ada- adakan dari yang sebenarnya belum ada oleh yang Maha tiada. Tetapi Dia yang Maha ada sesungguhnya. Yang sepertinya banyak tapi Dia lah saja yang tunggal yang memperbanyakNya. 

    Bumi yang kita tempati ini pun terasa di hamparkan karena itulah yang kita rasakan dan faktanya memang seperti itu. Lalu apakah ada rasa yang lain yang faktanya menunjang seperti itu?

    Hari ini saya berjalan-jalan dengan Earth Buatan google yang betul-betul seperti bola bentuknya. Dan ternyata penjelasan dari space dot com tidak merepresentasikan bentuk Earth dari google tersebut.

Mari kita simak penjelasan dari space dot com/17638-how-big-is-earth.html:


Dan cuplikan video earth dari google:


    Mengisyaratkan bahwa ilmu itu nomor satu untuk memantapkan rasa dari iman. Seperti kita belajar tentang hal yang sebelumnya tidak kita ketahui dan menjadi merasa tahu, tapi ternyata dari pengetahuan itu menjadi tahu bahwa kita sesungguhnya banyak yang tidak tahu. Dari merasakan tidak banyak yang tahu menjadi yakin bahwa ternyata ada yang namanya Maha mengetahui. Kaum atheis menjadi terlihat kebodohannya ketika memikirkan penciptaan manusia atau semesta, mereka meyakini bahwa kita ini ada dari ketiadaan, tiba tiba mak bedunduk ada yang namanya manusia. Bagaimana mungkin secara akal bisa dibenarkan sesuatu ada dari hal yang tidak ada? Pasti secara logika manusia atau semesta ada pasti ada yang mengada-adakan. Sesuatu yang tidak ada pun juga pasti ada yang mengadakan ketiadaan sesuatu itu atau ada yang menghilangkan. Di sini lah akar permasalahan dan tercerahkannya kaum atheis menjadai percaya "ada" yang namanya Tuhan.

Kemudian setelah tahu yang namanya Tuhan, timbul pertanyaan lagi, lalu ada berapa Tuhan? Setelah berpikir lamaa.... kita tahu bahwa pasti ada yang merajai kalau kita mengira ada banyak Tuhan bukan?. Baiklah kalau pikirannya ada yang paling kuat, lalu siapakah Dia? yang Maha Kuat itu?.

Bagaimana Dia bisa menjelaskan kalau Dia yang Maha Kuat (yang Merajai alam semesta).  Pasti mengutus  makhluk ciptaan-Nya yang bisa diperdengarkan atau diperlihatkan sekaligus menunjukkan kekuasaan-Nya atas kehendak-Nya pula menunjuk makhluk untuk bisa tahu akan diriNya. Kita tahu yang disebut Nabi adalah pilihan-Nya spesial hanya untuk dirinya tanpa ada pengikutnya dan Rasul atau Sang pembawa pesan yang memiliki pengikut. Barang siapa mengikutinya, maka lurus lah jalannya sesuai yang di kehendaki-Nya. 

Maka ketika manusia mensifati-Nya hanya bisa dari perumpamaan yang pernah manusia temui dan rasakan dan itu telah dijelaskan-Nya dengan sesuai kata-katanya kepada kekassih-Nya, yaitu para Nabi dan Rasul. Sama halnya diantara manusia pasti ada juga pemimpinnya dan untuk alam semesta Dia lah pemimpin tunggalnya yang menyebutkan dirinya kepada manusia dengan sebutan Allah.

Sehingga penjelasan terperinci ada pada Nabi dan Rasul, dan Rasul memiliki petunjuk atau kitab-kitab yang sengaja ditulis untuk generasi berikutnya. Dari kisah yang pernah kita diperdengarkan oleh Bapak, Ibu, Saudara, Guru atau Pemimpin suatu agama kisah itu berlanjut turun-temurun. Ada yang asli dan ada yang terganti oleh kesengajaan maupun tidak. Dari penjelasan-penjelasan kitab-kitab ada yang yang terasa sekali perbedaanya dan inilah yang menyebabkan ada beberapa aliran dari suatu agama. 

Yang sesungguhnya agama hanya ada satu yang disebutkanNya yaitu Islam.

Secara detail Dia menggambarkan seperti apa diriNya:

1. Tunggal hanya Dia yang layak disembah, karena yang lain bukan Tuhan.

2. Semua isi alam semesta bergantung kepada-Nya.

3. Tidak beranak dan juga tidak diperanak (tiada bapak dan ibu), karena Dia yang paling awal.

4. Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan diriNya. Jadi kalau ada yang mengira Tuhan punya tempat untuk duduk, bertempat pada anu, maka anunya itu tidak benar. Karena Dia meliputi segala sesuatu.

Maka sebenarnya Ikhlas untuk menerima semua itu bukan hal yang sulit, apalagi memberi karena sejatinya apa yang kita peroleh atau kita klaim kita miliki ini bukan milik kita, itu juga diberi.

Yang menyebabkan merasa tidak ikhlas adalah karena itu dari keringat kita, dan ternyata salah lagi kalau kita berpikirnya seperti itu, harusnya malah bersyukur kita ditakdirkan bisa berkeringat, coba kalau tidak bisa berupaya atau diam tidak mampu bekerja, pasti mengharapkan pemberian dari orang lain. Jadi Bersyukur kita ditakdir oleh-Nya bisa dapat ini dan itu bisa bekerja ini dan itu akhirnya bisa mendapat sesuatu yang diinginkan.

Ikhlas itu dari-Nya kembali kepada-Nya. Bagaimana bisa kembali? dengan cara menyembah-Nya di waktu sedang Memuji-Nya agar kita mendapati Ridho-Nya.

Kalau hakikat atau logika kita benar ya pasti benar apa yang dirasakannya.

Logika kemarahan saja benar karena emosi, apa bisa anda marah tanpa beremosi? dengan senyum pun masih terbakar rasa di hati? :)

Itu hanya ilustrasi, Hidup ini hanya senda gurau belaka.  Yang terasa pasti bisa saja berganti seiring tempat dan waktu, namun satu yang tak bisa terganti....

Apa yang Anda Yakini.

meskipun juga bisa berganti jika logika Anda salah sendiri, atau sedang tidak mau berlogika?

ya berarti tidak sedang ingin mencari ilmu. Menunggu hidayah?

semua sudah dikasih hidayah, tinggal menjemput taufik-Nya. Bagaimana dapat Taufik kalau tidak mau menuntut ilmu?

buktinya sudah dikasih akal, ini bukti semua sudah dikasih hidayah. 

Makanya dipakai akalnya biar dapat ilmu, kalau sudah dapat ya pasti dapat yang namanya hidayah. 

Semua ada di kitab, baca-baca lagi yuk.... semua kitab ya... dan dipakai akalnya... :) jangan emosinya. Demikianlah,,,,







No comments:

Write komentar