Tidaklah seorang hamba-Ku senantiasa mendekati-Ku dengan ibadah-ibadah sunah kecuali Aku akan mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat; menjadi tangannya yang ia gunakan untuk menggenggam; dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.
Serta menjadi rasa apapun yang ia rasakan.
Tersila bila ia melipat cintanya untuk ia gunakan kehendak nafsunya, mengira bahwa cintanya kepada makhluk adalah kembali untuk kepuasannya. Berhentilah.
Cinta yang ia rasakan terlalu dan ia harus mampu membelokkan untuk dinisbatkan hanya kepada Sang Pengasih cinta. Maha penyayang kepada semua makhluk-Nya.
Sering manusia menyebut cinta dan kasih sayang, padahal yang membedakan hanya kepatuhan tanpa sempat berlogika, hingga hanya kepuasan (keridhoan) yang dirasa itulah yang dimaksud dengan cinta. Kasih sayang masih sempat menambatkan akal untuk berlogika, ingin selalu memberi yang terbaik dengan menggantungkan harapan agar diterima dengan baik dan ada tujuan dibalik itu semua itulah yang dimaksud kasih sayang.
Memang perasaan cinta itu menutupi segala rasa yang seharusnya terasa. Kemelekatan yang ingin selalu dicapai dan ada ego kepasrahan serta kepemilikan karena inginnya penyatuan.
Kasih sayang hanya umpan agar terjadi hubungan yang lebih harmonis sebagai bukti bahwa komitmen itu pernah diikrarkan.
Memberi yang utama sebelum menerima segala apa yang diberi adalah wujud pembagian rasa agar tercipta penyatuan, karena bersatu adalah perpaduan dari pemberi dan penerima.
No comments:
Write komentar