Tuesday, June 25, 2019

Dampak buruk kepada orang tua jika anak bertengkar

Peneliti Kanada melakukan penelitian terbaru tentang konflik saudara kandung dan menemukan ketika orangtua ikut campur, akan merampas kesempatan anak-anak mengembangkan strategi resolusi konflik dan bahkan dapat membuat situasi lebih buruk.

Setiap pertengkaran dahsyat selalu seringnya dimulai dari adanya pihak ketiga. Jadi hati-hati dengan ocehan pihak ketiga yang "uncontrolled". Tugas pasangannnya untuk menetralisir sangat penting, jangan sampai malah ikut larut dalam ketidaksesuaian pendapat yang ujungnya menjadi pemantik rasa benci.

Di sisi lain, ketika orangtua terlibat, terkadang membimbing anak-anak mereka menemukan solusi yang konstruktif.

 "Sebisa mungkin, orangtua harus membiarkan antarsaudara menyelesaikan masalah mereka sendiri," tulis Suzanne Barat dari Cornell University.

"Mencoba memecahkan setiap persaingan antarsaudara dapat meningkatkan, tidak mengurangi masalah, karena kebanyakan dari pertengkaran mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan perhatian Anda. Setelah anak-anak Anda sadar bahwa Anda tidak akan terlibat, mereka mungkin menyerah menarik perhatian dengan bertengkar atau menyelesaikan argumen dengan sendirinya. "

Sama halnya yang disampaikan Claire Hughes, penulis Social Understanding and Social Lives. Menurutnya, berdebat di antara saudara membangun karakter.

"Semakin sering anak-anak marah dengan yang lain, semakin mereka belajar tentang mengatur emosi mereka dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi emosi orang lain," kata Claire Hughes.

Perlu di highlights tentang pertengkaran yang sifatnya dimulai dari rasa iri. Anak-anak yang belum matang kedewasaannya, meskipun sudah berumah tangga, terkadang tidak sadar bahwa pertengkaran dan curhatan mereka kepada sang orang tua justru membuat "menangis hati" merasa bersalah tidak bisa mendamaikan pertengkaran anak-anaknya.

"Saya tidak ingin menjadi wanita yang mengatakan ada baiknya jika anak-anak Anda saling membenci, tetapi orangtua mungkin mendapat  semacam kenyamanan ketika anak-anak mereka berjuang, dalam belajar keterampilan sosial yang berharga dan kecerdasan yang mereka akan peroleh di luar rumah, dan berlaku untuk anak-anak lain."

Namun, yang perlu disadari tidak semua anak-anak mampu menemukan solusi tanpa orangtua terlibat. "Saya telah melihat banyak situasi di mana anak-anak tidak berhasil, " kata Laura Markham, PhD, penulis Peaceful Parent, Happy Kids, di situs Aha! Parenting.

"Sebaliknya, satu anak dibully oleh yang lain dan lain diizinkan melakukannya. Saya tidak akan membiarkan perilaku semacam, jelas, dan akan melakukan intervensi secara aktif yang diperlukan untuk mencegahnya. Setiap anak memiliki hak untuk menjadi aman di rumahnya sendiri. "

Orangtua dibanding bertindak sebagai wasit, anak-anak bisa diajarkan menyelesaikan konflik mereka sendiri dengan bimbingan. "Ketika saudara datang dengan solusi mereka sendiri, mereka mungkin lebih cenderung untuk menggunakan lagi solusi mereka di masa depan," Mark Feinberg, PhD, di Penn State, mengatakan ScienceDaily.

Orangtua yang ikut campur setiap kali anak-anaknya bertengkar dapat mencegah mereka belajar menemukan solusi dari konflik bersama-sama. Namun orang tua juga harus bermental just, jika anak-anaknya terus larut dalam pertengkaran.

Rasa sakit hati hanya bisa disembuhkan jika pihak yang bertengkar di damaikan orang tua. Namun jika orang tua tidak mampu, malah justru membuat ibu/bapak "sakit", sebaiknya sang anak mendekatkan diri kepada Tuhan. Mungkin mereka lalai akan kewajiban membina rumah tangga dan bagi yang beragama harus sering berdzikir dan jangan bolong sholatnya. Pelan-pelan mereka akan saling mengalah ketika sudah benar imannya Dan memahami tujuan hidup, terutama dalam berumah tangga.

Kasus cucu sebagai pemicu pertengkaran Saudara juga sering terjadi, anak harus memahami bahwa orang tua terkadang kelihatan merasa capek ngemong cucu, tapi di lain kesempatan juga merasa bahagia melihat cucu-cucunya. Sikap sang anak yang belum memiliki keturunan harus lebih banyak bersabar, Karena nantinya mereka akan termakan ucapannnya sendiri. Kata baik akan memanen hasil baik Dan jika ingin berkata menyakiti, ingatlah Dan sadarilah bahwa kamu nanti juga pasti akan tersakiti.


Jadikan pengalaman dan perjalanan hidup untuk tetap mengabdi kepada Allah Subhaanahuwata'ala tanpa batas, untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warohmah wa Khusnul khotimah.....
Demikianlah.

No comments:

Write komentar